PENDIDIKAN KARAKTER
PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER
SECARA TERPADU DALAM PROSES PEMBELAJARAN
A. Pengertian Pendidikan Karakter secara Terintegrasi di Dalam Proses Pembelajaran
Yang
dimaksud dengan pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses
pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya
kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian
nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui
proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas
pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain
untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang
ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik
mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan
menjadikannya perilaku.
Dalam
struktur kurikulum kita, ada dua mata pelajaran yang terkait langsung
dengan pengembanngan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan
Agama dan PKn. Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran
yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai
taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi
nilai-nilai. Pada panduan ini, integrasi pendidikan karakter pada
mata-mata pelajaran selain pendidikan Agama dan PKn yang dimaksud lebih
pada fasilitasi internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku
sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian. Pengenalan nilai-nilai sebagai pengetahuan
melalui bahan-bahan ajar tetap diperkenankan, tetapi bukan merupakan
penekanan. Yang ditekankan atau diutamakan adalah penginternalisasian
nilai-nilai melalui kegiatan-kegiatan di dalam proses pembelajaran.
B. Nilai-nilai Karakter untuk Siswa
Pada
Bagian I telah disebutkan bahwa telah teridentifikasi 80 butir karakter
yang terbagi menjadi lima kategori. Walaupun idealnya semua nilai
tersebut diinternalisasikan pada peserta didik melalui proses
pembelajaran, karena jumlahnya besar, memfasilitasi internalisasi semua
nilai tersebut secara eksplisit menjadi sangat berat. Oleh karena itu sekolah dapat mengidentifikasi nilai-nilai utama sebagai fokus internalisasi. Nilai-nilai yang dijadikan fokus tersebut dapat berupa nilai-nilai yang secara nasional dan/atau
universal (lintas agama/keyakinan dan lintas bangsa/ras/etnis) dianut.
Nilai-nilai lainnya dapat terinternalisasikan secara otomatis sebagai
akibat iringan/ikutan dari proses internalisasi nilai-nilai utama tersebut.
Penekanan internalisasi nilai-nilai utama tertentu pada pendidikan karakter telah dianut oleh sejumlah negara. Australia, misalnya, melalui Values Education yang dikembangkannya menekankan pada diperkenalkan, disadari, dan diinternalisasinya sembilan karakter utama, yaitu:
1. Care and compassion (perawatan dan pemeliharaan)
2. Doing your best (melakukan yang terbaik)
3. Fair go (
4. Freedom (kebebasan)
5. Honesty and trustworthiness (kejujuran dan kepercayaan)
6. Integrity (integritas)
7. Respect (menghargai)
8. Responsibility (bertanggung jawab)
9. Understanding, tolerance, and inclusion (pengertian, toleransi, pencantuman)
Berikut
merupakan contoh nilai-nilai karakter yang dapat dijadikan sekolah
sebagai nilai-nilai utama yang diambil/disarikan dari butir-butir SKL
dan mata pelajaran-mata pelajaran SMP yang ditargetkan untuk
diinternalisasi oleh siswa:
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
a. Religius
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
a. Jujur
b. Bertanggung jawab
c. Bergaya hidup sehat
d. Disiplin
e. Kerja keras
f. Percaya diri
g. Berjiwa wirausaha
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
i. Mandiri
j. Ingin tahu
k. Cinta ilmu
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
b. Patuh pada aturan-aturan sosial
c. Menghargai karya dan prestasi orang lain
d. Santun
e. Demokratis
4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
a. Peduli sosial dan lingkungan
5. Nilai kebangsaan
a. Nasionalis
b. Menghargai keberagaman
C. Distribusi Butir-butir Karakter Utama ke Dalam Mata Pelajaran
Pada Bagian I disebutkan bahwa ada banyak nilai yang perlu ditanamkan pada siswa. Apabila semua nilai tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, penanaman nilai menjadi sangat berat. Oleh karena itu perlu dipilih sejumlah nilai utama sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selain itu, untuk membantu fokus penanaman nilai-nilai utama
tersebut, nilai-nilai tersebut perlu dipilah-pilah atau dikelompokkan
untuk kemudian diintegrasikan pada mata pelajaran-mata pelajaran yang
paling cocok. Dengan kata lain, tidak setiap mata pelajaran diberi
integrasi semua butir nilai tetapi beberapa nilai utama saja walaupun
tidak berarti bahwa nilai-nilai yang lain tersebut tidak diperkenankan
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tersebut. Dengan demikian setiap
mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama
tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang
bersangkutan. Tabel 1.1 menyajikan contoh distribusi nilai-nilai utama ke dalam mata pelajaran.
Tabel 1.1. Contoh Distribusi Nilai-Nilai Utama ke Dalam Mata Pelajaran
Mata Pelajaran
|
Nilai Utama
|
1. Pendidikan Agama
|
Religius,
jujur, santun, disiplin, bertanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu,
percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan social,
bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, peduli
|
2. PKn
|
Nasionalis,
patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, menghargai keragaman,
sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
|
3. Bahasa Indonesia
|
Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis
|
4. IPS
|
Nasionalis, menghargai keberagaman, Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli social dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras
|
5. IPA
|
ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu
|
6. Bahasa Inggris
|
Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerjasama, patuh pada aturan social
|
7. Seni Budaya
|
Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin tahu, jujur, disiplin, demokratis
|
8. Penjasorkes
|
Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, menghargai karya dan prestasi orang lain
|
9. TIK/Keterampilan
|
Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain
|
10. Muatan Lokal
|
Menghargai keberagaman, menghargai karya orang lain, nasionalis, peduli
|
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SECARA TERINTEGRASI DI DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Integrasi
pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada
semua mata pelajaran. Di
antara prinsip-prinsip yang dapat diadopsi dalam membuat perencanaan
pembelajaran (merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam
silabus, RPP, dan bahan ajar), melaksanakan proses pembelajaran, dan
evaluasi adalah prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
yang selama ini telah diperkenalkan kepada guru, termasuk guru-guru SMP
seluruh Indonesia sejak 2002. Prinsip-prinsip tersebut secara singkat
dijelaskan berikut ini.
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstrukstivisme
adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun atau
membangun pemahaman mereka dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan
pengetahuan awal dan kepercayaan mereka. Seorang guru perlu mempelajari
budaya, pengalaman hidup dan pengetahuan, kemudian menyusun pengalaman
belajar yang memberi siswa kesempatan baru untuk memperdalam pengetahuan
tersebut.
Pemahaman
konsep yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar
autentik dan bermakna yang mana guru mengajukan pertanyaan kepada siswa
untuk mendorong aktivitas berpikirnya. Pembelajaran hendaknya dikemas
menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam
proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat
kegiatan, bukan guru. Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja,
praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan,
mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya.
Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivis adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan:
(a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
(b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
(c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Bertanya (Questioning)
Penggunaan
pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar
memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Siswa belajar
mengajukan pertanyaan tentang fenomena, belajar bagaimana menyusun
pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang
bukti, interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
(a) menggali informasi, baik teknis maupun akademis
(b) mengecek pemahaman siswa
(c) membangkitkan respon siswa
(d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
(e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
(f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
(g) menyegarkan kembali pengetahuan siswa
3. Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri
adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, yang
diawali dengan pengamatan dari pertanyaan yang muncul. Jawaban
pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat melalui siklus menyusun dugaan,
menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat
pengamatan lebih jauh, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar
pada data dan pengetahuan.
Di
dalam pembelajaran berdasarkan inkuiri, siswa belajar menggunakan
keterampilan berpikir kritis saat mereka berdiskusi dan menganalisis
bukti, mengevaluasi ide dan proposisi, merefleksi validitas data,
memproses, membuat kesimpulan. Kemudian menentukan bagaimana
mempresentasikan dan menjelaskan penemuannya, dan menghubungkan ide-ide
atau teori untuk mendapatkan konsep.
Langkah-langkah kegiatan inkuiri:
a) merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)
b) Mengamati atau melakukan observasi
c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat
belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar
agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai
kesempatan untuk bicara dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa lain
dengan cermat, dan bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman
di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar
secara bersama lebih baik daripada belajar secara individual.
Masyarakat
belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang
yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang
diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi
yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa
terjadi jika tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada
pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap
paling tahu. Semua pihak mau saling mendengarkan.
Praktik masyarakat belajar terwujud dalam:
(a) Pembentukan kelompok kecil
(b) Pembentukan kelompok besar
(c) Mendatangkan ‘ahli’ ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, petani, polisi, dan lainnya)
(d) Bekerja dengan kelas sederajat
(e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya
(f) Bekerja dengan masyarakat
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan
adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir,
bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan siswa untuk
berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan mendemonstrasikan apa yang
akan dikerjakan siswa. Pada saat pembelajaran, sering guru memodelkan
bagaimana agar siswa belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan
sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satu-satunya
model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Contoh praktik pemodelan di kelas:
a) Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa
b) Guru PPKN mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh tersebut
c) Guru Geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya
d) Guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi
memungkinkan cara berpikir tentang apa yang telah siswa pelajari dan
untuk membantu siswa menggambarkan makna personal siswa sendiri. Di
dalam refleksi, siswa menelaah suatu kejadian, kegiatan, dan pengalaman
serta berpikir tentang apa yang siswa pelajari, bagaimana merasakan, dan
bagaimana siswa menggunakan pengetahuan baru tersebut. Refleksi dapat
ditulis di dalam jurnal, bisa terjadi melalui diskusi, atau merupakan
kegiatan kreatif seperti menulis puisi atau membuat karya seni.
Realisasi
refleksi dapat diterapkan, misalnya pada akhir pembelajaran guru
menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Hal ini dapat
berupa:
(a) pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa hari ini
(b) catatan atau jurnal di buku siswa
(c) kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini
(d) diskusi
(e) hasil karya
7. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Penilaian
autentik sesungguhnya adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan
untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode
tersebut memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk
menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan
pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di
dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Berbagai simulasi tersebut
semestinya dapat mengekspresikan prestasi (performance) yang
ditemui di dalam praktek dunia nyata seperti tempat kerja. Penilaian
autentik seharusnya dapat menjelaskan bagaimana siswa menyelesaikan
masalah dan dimungkinkan memiliki lebih dari satu solusi yang benar.
Strategi penilaian yang cocok dengan kriteria yang dimaksudkan adalah
suatu kombinasi dari beberapa teknik penilaian.
Berikut adalah deskripsi singkat cara integrasi yang dimaksudkan.
A. Perencanaan Pembelajaran
Pada
tahap ini silabus, RPP, dan bahan ajar disusun. Baik silabus, RPP, dan
bahan ajar dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya
memfasilitasi/berwawasan pendidikan karakter. Cara yang mudah untuk
membuat silabus, RPP, dan bahan ajar yang berwawasan pendidikan karakter
adalah dengan mengadaptasi silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah
dibuat/ada dengan menambahkan/mengadaptasi kegiatan pembelajaran yang
bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai, disadarinya pentingnya
nilai-nilai, dan diinternalisasinya nilai-nilai. Berikut adalah contoh model silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalamnya.
1. Silabus
Silabus
dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi (Permen Diknas nomor 22
tahun 2006). Silabus memuat SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar. Materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dirumuskan
di dalam silabus pada dasarnya ditujukan untuk memfasilitasi peserta
didik menguasai SK/KD. Agar juga memfasilitasi terjadinya pembelajaran
yang membantu peserta didik mengembangkan karakter, setidak-tidaknya
perlu dilakukan perubahan pada tiga komponen silabus berikut:
a. Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter
b. Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indicator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter
c. Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter
Penambahan
dan/atau adaptasi kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan
teknik penilaian harus memperhatikan kesesuaiannya dengan SK dan KD yang
harus dicapai oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian, dan teknik penilaian yang ditambahkan dan/atau hasil
modifikasi tersebut harus bersifat lebih memperkuat pencapaian SK dan KD
tetapi sekaligus mengembangkan karakter. Contoh model silabus yang
dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 1.
2. RPP
RPP
disusun berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah. RPP
secara umum tersusun atas SK, KD, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber
belajar, dan penilaian. Seperti yang terumuskan pada silabus, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian yang dikembangkan di dalam
RPP pada dasarnya dipilih untuk menciptakan proses pembelajaran untuk
mencapai SK dan KD. Oleh karena itu, agar RPP memberi petunjuk pada guru
dalam menciptakan pembelajaran yang berwawasan pada pengembangan
karakter, RPP tersebut perlu diadaptasi. Seperti pada adaptasi terhadap
silabus, adaptasi yang dimaksud antara lain meliputi:
a. Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter
b. Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indicator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter
c. Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter
Contoh model RPP dapat dilihat pada Lampiran 2.
3. Bahan/buku ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses
pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti
urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti.
Melalui
program Buku Sekolah Elektronik (BSE) atau buku murah, dewasa ini
Depdiknas telah membeli hak cipta sejumlah buku ajar dari hampir semua
mata pelajaran yang telah memenuhi kelayakan pemakaian berdasarkan
penilaian BSNP dari para penulis. Guru dianjurkan menggunakan buku-buku
tersebut dalam proses pembelajaran. Untuk membantu sekolah mengadakan
buku-buku tersebut, pemerintah telah memberikan BOS Buku kepada sekolah.
Walaupun
buku-buku tersebut telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan - yaitu
kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika – bahan-bahan ajar
tersebut masih belum secara memadai mengintegrasikan pendidikan karakter
di dalamnya. Apabila guru sekedar mengikuti atau melaksanakan
pembelajaran dengan berpatokan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada
buku-buku tersebut, pendidikan karakter secara memadai belum berjalan.
Oleh karena itu, sejalan dengan apa-apa yang telah dirancang pada
silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar perlu
diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah
dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lainnya adalah dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan belajar pada buku ajar yang dipakai.
Sebuah kegiatan belajar (task), baik secara eksplisit atau implisit terbentuk atas enam komponen. Komponen-komponen yang dimaksud adalah:
2. Input
3. Aktivitas
4. Setting
5. Peran guru
6. Peran peserta didik
Dengan demikian, perubahan/adaptasi kegiatan belajar yang dimaksud menyangkut perubahan pada komponen-komponen tersebut.
Secara
umum, kegiatan belajar yang potensial dapat mengembangkan karakter
peserta didik memenuhi prinsip-prinsip atau kriteria berikut.
1. Tujuan
Dalam
hal tujuan, kegiatan belajar yang menanamkan nilai adalah apabila
tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada pengetahuan,
tetapi juga sikap. Oleh karenanya, guru perlu menambah orientasi tujuan
setiap atau sejumlah kegiatan belajar dengan pencapaian sikap atau nilai
tertentu, misalnya kejujuran, rasa percaya diri, kerja keras,
ketabahan, kesabaran, saling menghargai, dan sebagainya.
2. Input
Input
dapat didefinisikan sebagai bahan/rujukan bagi peserta didik sebagai
titik tolak dilaksanakan aktivitas belajar. Input tersebut dapat berupa
teks lisan maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, charta,
benda sesungguhnya, film, dan sebagainya. Input yang dapat
memperkenalkan nilai-nilai adalah yang tidak hanya menyajikan subject matter, tetapi yang juga menguraikan nilai-nilai yang terkait dengan subject matter tersebut.
3. Aktivitas
Aktivitas
belajar adalah apa yang dilakukan oleh peserta didik (bersama dan/atau
tanpa guru) dengan input belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Aktivitas belajar yang dapat membantu peserta didik menginternalisasi
nilai-nilai adalah aktivitas-aktivitas yang antara lain mendorong
terjadinya autonomous learning dan bersifat learner-centered. Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous learning
dan berpusat pada siswa secara otomatis akan membantu siswa memperoleh
banyak nilai. Contoh-contoh aktivitas belajar yang memiliki sifat-sifat
demikian antara lain diskusi, eksperimen, pengamatan/observasi, debat, presentasi oleh siswa, dan mengerjakan proyek.
4. Setting
Setting
berkaitan dengan kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama,
apakah secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting
waktu penyelesaian tugas yang pendek (sedikit), misalnya akan
menjadikan peserta didik terbiasa kerja dengan cepat sehingga menghargai
waktu dengan baik. Sementara itu kerja kelompok dapat menjadikan siswa
memperoleh kemampuan bekerjasama, saling menghargai, dan lain-lain.
5. Peran guru
Peran
guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar biasanya tidak dinyatakan
secara eksplisit. Pernyataan eksplisit peran guru pada umumnya ditulis
pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit,
guru perlu melakukan inferensi terhadap peran guru pada kebanyakan
kegiatan pembelajaran apabila buku guru tidak tersedia.
Peran
guru yang memfasilitasi diinternalisasinya nilai-nilai oleh siswa
antara lain guru sebagai fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi
umpan balik. Mengutip ajaran Ki Hajar Dewantara, guru yang dengan
efektif dan efisien mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
6. Peran peserta didik
Seperti
halnya dengan peran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar, peran
siswa biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit juga. Pernyataan
eksplisit peran siswa pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru.
Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu melakukan
inferensi terhadap peran siswa pada kebanyakan kegiatan pembelajaran.
Agar
peserta didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan
menginternalisasi karakter, peserta didik harus diberi peran aktif dalam
pembelajaran. Peran-peran tersebut antara lain sebagai partisipan
diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan eksperimen,
pelaksana proyek, dsb.
Contoh bahan ajar yang mengintegrasikan pendidikan karakter dapat dilihat pada Lampiran 3.
B. Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Sebagaimana disebutkan di depan, prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning
disarankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena
prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sekaligus dapat memfasilitasi
terinternalisasinya nilai-nilai. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik.
1. Pendahuluan
Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Ada
sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan nilai, membangun
kepedulian akan nilai, dan membantu internalisasi nilai atau karakter
pada tahap pembelajaran ini. Berikut adalah beberapa contoh.
a. Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
b. Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
c. Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
d. Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
e. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
f. Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
g. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, santun, peduli)
h. Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
i. Dengan
merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter
yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD
2. Inti
Berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, kegiatan
inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pada tahap
eksplorasi peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Pada tahap elaborasi, peserta didik diberi peluang
untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut
melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya
sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas
dan dalam. Pada tahap konfirmasi, peserta didik memperoleh umpan balik
atas kebenaran, kelayakan, atau keberterimaan dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa.
Berikut
beberapa ciri proses pembelajaran pada tahap eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi yang potensial dapat membantu siswa menginternalisasi
nilai-nilai yang diambil dari Standar Proses.
a. Eksplorasi
1) Melibatkan
peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi
guru dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3) Memfasilitasi
terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
b. Elaborasi
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2) Memfasilitasi
peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6) Memfasilitasi
peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
c. Konfirmasi
1) Memberikan
umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
4) Memfasilitasi
peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:
a) berfungsi
sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta
didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
b) membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis);
d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
3. Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis);
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan);
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis);
d. merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
dan
e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar internalisasi nilai-nilai terjadi dengan lebih intensif selama tahap penutup.
a. Selain
simpulan yang terkait dengan aspek pengetahuan, agar peserta didik
difasilitasi membuat pelajaran moral yang berharga yang dipetik dari
pengetahuan/keterampilan dan/atau proses pembelajaran yang telah
dilaluinya untuk memperoleh pengetahuan dan/atau keterampilan pada
pelajaran tersebut.
b. Penilaian
tidak hanya mengukur pencapaian siswa dalam pengetahuan dan
keterampilan, tetapi juga pada perkembangan karakter mereka.
c. Umpan balik baik yang terkait dengan produk maupun proses, harus menyangkut baik kompetensi maupun karakter, dan dimulai dengan aspek-aspek positif yang ditunjukkan oleh siswa.
d. Karya-karya siswa dipajang untuk mengembangkan sikap saling menghargai karya orang lain dan rasa percaya diri.
e. Kegiatan
tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok diberikan dalam rangka tidak hanya terkait dengan pengembangan
kemampuan intelektual, tetapi juga kepribadian.
f. Berdoa pada akhir pelajaran.
Ada
beberapa hal lain yang perlu dilakukan oleh guru untuk mendorong
dipraktikkannya nilai-nilai. Pertama, guru harus merupakan seorang model
dalam karakter. Dari awal hingga akhir pelajaran, tutur kata, sikap,
dan perbuatan guru harus merupakan cerminan dari nilai-nilai karakter
yang hendak ditanamkannya.
Kedua, pemberian reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang dikehendaki dan pemberian punishment kepada mereka yang berperilaku dengan karakter yang tidak dikehendaki. Reward dan punishment yang dimaksud dapat berupa ungkapan verbal dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award)
atau catatan peringatan, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi
pengamat yang baik bagi setiap siswanya selama proses pembelajaran.
Ketiga,
harus dihindari olok-olok ketika ada siswa yang datang terlambat atau
menjawab pertanyaan dan/atau berpendapat kurang tepat/relevan. Pada
sejumlah sekolah ada kebiasaan diucapkan ungkapan Hoo … oleh
siswa secara serempak saat ada teman mereka yang terlambat dan/atau
menjawab pertanyaan atau bergagasan kurang berterima. Kebiasaan tersebut
harus dijauhi untuk menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab, empati, kritis, kreatif, inovatif, rasa percaya diri, dan sebagainya.
Selain
itu, setiap kali guru memberi umpan balik dan/atau penilaian kepada
siswa, guru harus mulai dari aspek-aspek positif atau sisi-sisi yang
telah kuat/baik pada pendapat, karya, dan/atau sikap siswa. Guru memulainya
dengan memberi penghargaan pada hal-hal yang telah baik dengan ungkapan
verbal dan/atau non-verbal dan baru kemudian menunjukkan
kekurangan-kekurangannya dengan ‘hati’. Dengan cara ini sikap-sikap
saling menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, percaya diri,
santun, dan sebagainya akan tumbuh subur.
C. Evaluasi Pencapaian Belajar
Pada dasarnya authentic assessment diaplikasikan. Teknik dan instrumen penilaian yang dipilih dan dilaksanakan tidak hanya mengukur pencapaian akademik/kognitif siswa, tetapi juga
mengukur perkembangan kepribadian siswa. Bahkan perlu diupayakan bahwa
teknik penilaian yang diaplikasikan mengembangkan kepribadian siswa
sekaligus.
Pedoman
penilaian untuk lima kelompok mata pelajaran yang diterbitkan oleh BSNP
(2007) menyebutkan bahwa sejumlah teknik penilaian dianjurkan untuk
dipakai oleh guru menurut kebutuhan. Tabel 2.1 menyajikan teknik-teknik
penilaian yang dimaksud dengan bentuk-bentuk instrumen yang dapat
dikembangkan oleh guru.
Di
antara teknik-teknik penilaian tersebut, beberapa dapat digunakan untuk
menilai pencapaian peserta didik baik dalam hal pencapaian akademik
maupun kepribadian. Teknik-teknik tersebut terutama observasi (dengan
lembar observasi/lembar pengamatan), penilaian diri (dengan lembar
penilaian diri/kuesioner), dan penilaian antarteman (lembar penilaian
antarteman).
Tabel 2.1. Teknik dan bentuk instrumen penilaian
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
Tes Tertulis
|
· Pilihan ganda
· Benar-salah
· Menjodohkan
· Pilihan singkat
· Uraian
|
Tes Lisan
|
· Daftar pertanyaan
|
Tes Kinerja
|
· Tes tulis keterampilan
· Tes identifikasi
· Tes simulasi
· Tes uji petik kerja
|
Penugasan individual atau kelompok
|
· Pekerjaan rumah
· Proyek
|
Observasi
|
· Lembar observasi/lembar pengamatan
|
Penilaian portofolio
|
· Lembar penilaian portofolio
|
Jurnal
|
· Buku catatan jurnal
|
Penilaian diri
|
· Lembar penilaian diri/kuesioner
|
Penilaian antarteman
|
· Lembar penilaian antarteman
|
Berikut adalah contoh
instrumen (penilaian diri) yang dapat dipakai, diadaptasi, dan
dikembangkan lebih lanjut oleh sekolah dalam melakukan penilaian.
How
much do you improve in the following aspects after learning the
materials in this unit? Put a tick (√) in the appropriate box.
No.
|
Aspect
|
Very Much
|
Much
|
Little
|
1.
|
Asking for opinions
| |||
2.
|
Giving opinions
| |||
3.
|
Asking about facts
| |||
4.
|
Giving facts
| |||
5.
|
Patience
| |||
6.
|
Independence
| |||
7.
|
Confidence
| |||
8.
|
… .
|
D. Tindak Lanjut Pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar