Di
mataku, kota ini bukan lagi sekedar kota untuk mencari makan, tetapi
telah menjadi nafas kehidupanku sendiri. Itu karena beberapa lekuknya
pernah kita nikmati bersama. Melintasi tempat-tempat yang pernah kita
datangi seperti memberikan semangat mengapa aku harus terus bertahan di
kota ini.
Memandangi
bekas tempat engkau berdiri, atau duduk, entah mengapa tak bisa
kubendung sesak yang tiba-tiba menyergap. Ah, kita telah sering kali
mengalah, untuk takdir yang tidak bisa kita ciptakan. Untuk itulah,
mengapa aku selalu ingin berlama-lama di tempat itu, sekedar untuk
menikmati senja atau menghabiskan malam bersama diam yang telah menelan
keadaan.
Dan
pagi ini, kudapati diriku seperti hendak mengeluarkan air mata, namun
aku seperti telah lupa bagaimana caranya menangis, ya, aku telah hampir
lupa sebab telah terlalu sering aku menangis, kadang dengan diam sambil
menatap manik matamu, atau kadang sambil terpekur di pelukanmu, atau
kadang sambil tersenyum saat membalas ciumanmu.
Betapa
tidak, ketika mengatakan cinta untukmu, saat itu kita harus menangis
dengan cara tidak biasa, ketika melalui hari-hari sebagai kekasih
terlalu banyak perkara yang membuat kita hampir tidak bisa tertawa.
Kekasih, inikah perjuangan? Yang pada akhirnya tetap tidak menjadi
sebagai pemenang? Pun begitu kekalahan bukanlah milik kita.
Maka,
bagaimana mungkin aku ingin pergi dari kota ini. Kota yang bisa kulihat
engkau dalam imajinasiku. Kota yang menyemerbakkan harum tubuhmu, kota
yang membuatku meriang dan akan sembuh bila berhasil kau dekap. Kota
yang telah membuatku menjadi ada.
Kekasih,
sesungguhnya tidak ada yang tiba-tiba dari kisah kita, apa yang terjadi
hari ini adalah perkiraan tujuh tahun yang lalu. Saat kita masih
bercerita tentang emansipasi dan adat istiadat. Saat leguh kita masih
bercampur bersama angin malam. Saat teriakan kita tertahan desau pasir
di tepi pantai. Pada purnama di lautan itu aku pernah menaruh harap
untuk dapat bercinta denganmu.
Saat
rinduku terbit untukmu, saat itulah aku teringat akan hutang-hutangmu
yang belum sepenuhnya kau tunaikan padaku; tentang lukisan yang belum
sepenuhnya kau selesaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar