WILUJENG SUMPING..

DUH

Sabtu, 19 Januari 2013

Pembelajaran Efektif (2): Pembelajaran Kontekstual (CTL)

 4.  Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Landasan filosofi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak siswa sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Siswa perlu menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan demikian siswa memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya ini, siswa memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan, keterampilan) datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru.
Pembelajaran kontektual merupakan salah satu dari sekian banyak model  pembelajaran, pembelajaran kontekstual dikembangkan dengan tujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya.

a.  Perbedaan pembelajaran kontektual dan konvensional
            Pola pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional yang selama ini dikenal. Perbedaan tersebut tergambar dalam tabel berikut.

Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Kontektual
·     Menyandarkan pada hafalan
·     Menyandarkan pada memori spasial
·     Pemilihan informasi ditentukan oleh guru
·     Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan individu siswa
·     Cenderung terfokus pada satu bidang tertentu
·     Cenderung mengintegrasikan beberapa  bidang
·     Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan
·     Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa
·     Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan akademik berupa ujian ulangan
·     Menerapkan penilaian auntentik melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah


b.  Komponen Utama Pembelajaran  Kontekstual.
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning),  masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Model pembelajaran kontektual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual

Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1).   Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2).   Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3).   Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4).   Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
5).   Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6).   Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7).   Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

d. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
            Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Untuk itu guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran konekstual memperhatikan hal-hal  sebagai berikut.

1).   merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa (developmentally appropriate)
2).   membentuk group belajar yang saling ketergantungan (interdependent learning group)
3).   Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated learning) yang mempunyai karakteristik : kesadaran berfikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan.
4).   Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of student)
5).   Memperhatikan multi-intelegensi siswa  (mltiple intelligences), spasial-verbal, linguistic-verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis, badan-kinestetika, intrapersonal, dan logismatematis. (Gardner, 1993)
6).   Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berfikir tingkat tinggi.
7).   Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).

a.  Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

1).    Adanya kerjasama
2).    Saling menunjang
3).    Menyenangkan, tidak membosankan
4).    Belajar dengan bergairah
5).    Pembelajaran terintegrasi
6).    Menggunakan bebagai sumber
7).    Siswa aktif
8).    Sharing dengan teman
9).    Siswa kritis, guru kreatif
10).                  Laporan kepada orang tua berujud, rapor, hasil karya siswa, laporan praktikum, dan karangan siswa, dll.

f. Penilaian

            Penilaian dilakukan dengan menggunakan penilaian authentik, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1).   Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
2).   Menggunakan penilaian formatif maupun sumatif
3).   Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
4).   Berkesinambungan
5).   Terintegrasi
6).   Digunakan sebagai umpan balik.

Hal-hal yang digunakan sebagai dasar penilaian prestasi siswa meliputi :
           
1).   Penilaian kinerja (performance assessment)
2).   Observasi Sistematik (Systematic observation)
3).   Portofolio (portofolio)
4).   Jurnal Sain (Journal)
5).   Penilaian mencakup umpan balik dan berbagai bentuk refleksi


4. Mengembangkan sikap kritis dan kreatif siswa
            Sebagai salah satu ciri pembelajaran kontekstual adalah sikap kritis siswa dan kreatif guru dalam proses pembelajaran. Berfikir kritis dan kreatif merupakan komponen utama berfikir tingkat tinggi (higher order thinking). Proses berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan pada setiap diri siswa. Hal ini merupakan tugas guru, karena guru harus megembangkan potensi siswa semaksimal mungkin hingga mencapai kemampuan yang tinggi pada setiap diri siswa. Oleh karena itu pembelajaran dituntut dapat mengembangkan siap kritis dan kreativitas siswa. Sikap kritis dan kreatifitas siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang berpusat pada otak kanan. Otak kanan mempunyai kemampuan berfikir kreatif, holistik, spasial. sedangkan otak kiri mengembangkan kemampuan berfikir rasional, analitis, linier. Otak kiri mengendalikan wicara dan otak kanan mengendalikan tindakan. Tabel berikut ditunjukkan perbedaan proses berfikir otak kiri dan kanan.

Berfikir Konvergen
(Proses di belahan otak Kiri)
Berfikir Divergen
(Proses di belahan otak kanan)
1.  tertarik pada proses penemuan yang bersifat bagian-bagian dari suatu komponen.


2.  proses berfikir analisis

3.  proses berfikir yang mementingkan tata urutan secara sekuensial dan serial
4.  proses berfikir temporal, terikat pada waktu kini
5.     proses berfikir verbal, matematis, notasi musikal.
1.     tertarik pada proses pengintegrasian dari bagian-bagian suatu komponen menjadi satu kesatuan yang bersifat utuh dan menyeluruh
2.     proses berfikir yang bersifat relasional, konstruksional, dan membangun suatu pola.
3.     proses berfikir simultan, dan paralel
4.     proses berfikir lintas ruang, tidak terikat pada waktu kini
5.     proses berfikir yang bersifat visual, lintas ruang dan musikal.


            Berikut disajikan berbagai perilaku dan kaitannya dengan berfikir kreatif dan kritis pada diri siswa.
PERILAKU
TERKAIT DENGAN
¨   Bosan dengan tugas rutin; menolak membuat pekerjaan rumah
¨   Tidak berminat terhadap detail dan pekerjaan kotor
¨   Membuat lelucon atau komentar pada saat tidak tepat
¨   Menolak otoritas, tidak konformistis, keras kepala
¨   Sukar beralih pada topik lain
¨   Emosional sensitif, overacting, cepat marah atau menangis kalau ada yang salah
¨   Kecenderungan dominasi
¨   Sering tak setuju ide orang lain atau tak setuju ide gurunya
¨   Kritis terhadap diri, tak sabar menghadapi kegagalan
¨   Kritis terhadap guru dan orang lain.

Kreativitas

¨   Toleransi tinggi untuk makna ganda,
¨   Berfikir bebas, divergen
¨   Berani ambil resiko
¨   Imaginatif, sensitif

Motivasi

¨     Tekun dalam bidang yang diminatinya
¨     Intens dalam menghayati perasaan dan nilai
¨     Bebas

Berfikir kritis

¨     Dapat melihat kesenjangan antara kenyataan dan kebenaran
¨     Mengacu pada hal-hal yang ideal
¨     Mampu menganalisis dan evaluasi.



KEPUSTAKAAN

Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning. California : A Sage Publications Company.

Laster, Lan. (1985). The school of the future : some teachers view on education in the year 2000. UK.

Reigeluth, C.M. (1983). Instruction design theories and models, an overview of their current status. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar