Seperti bulan dan gelap yang muncul bersamaan, dan tenggelam bersamaan, mereka masih bisa bercinta dengan ritme yang teratur, tak pernah ada yang membantah, atau menolak pada takdir yang telah ditentukan untuk mereka.
Pun aku, jika aku adalah gelap sempurna maka aku akan menemukanmu sebagai kekasih yang akan hadir sebagai terang dalam perwujudan bulan yang agung, bukan bagaimana engkau menjadi sempurna tetapi bagaimana engkau membuatku sempurna dengan segala keterbatasanmu.
Atau jika suatu waktu aku bertukar tempat menjadi bulan yang selalu mencapai purnama pada puncaknya, hanya engkau yang muncul sebagai gelap yang aku butuhkan, karena tanpa engkau aku justru tidak dapat mengenali diriku sendiri, aku tidak akan tahu bahwa aku bisa memberikan cahaya untukmu mencapai sempurna.
Seperti gelap yang membutuhkan terang, maka terang juga mengharapkan kegelapan, lalu mengapa kita sering kalut dengan kegelisahan masalalu? Itu kisah, dan akan menjadi sejarah, dan kita tentunya tidak akan menghancurkan prasasti waktu bukan?
Bulan tak pernah bisa harmonis dengan matahari maka jangan datang dengan silau yang menyebar ke seluruh semesta, seperti halnya ketika gelap dan bulan muncul bersama sebagai gerhana, sebenarnya kita sedang mencari dalam kebungkaman perasaan, apakah kita saling mencintai?
Gelap hanya mengharapkan bulan datang, seperti kau yang kuharap mengerti maksudku. (*)
Minggu, 11 November 2012
Datanglah Sebagai
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar