|
Hari Pertama dalam Perkemahan
Hari pertama acara berkemah berjalan seperti biasa. Amri
dan keluarganya mendirikan kemah dan menyusun barang-barang perlengkapan
bersama-sama. Pekerjaan tersebut baru selesai menjelang malam. Amri terpaksa
harus menunggu hingga pagi untuk memulai petualangan barunya, menjelajahi
alam sekitar perkemahan.
Keesokan harinya, Amri bangun pagi-pagi. Ia sudah tidak sabar
untuk mengenal lingkungan alam barunya. Amri keluar bersama-sama ayahnya.
Terlihat pohon-pohon besar dimana-mana. Di antara pohon-pohon tersebut,
banyak bunga yang sedang bermekaran penuh warna. Sayup-sayup terdengar
suara gemericik air. Terdengar juga kicauan burung saling bersautan. Seperti
sebuah paduan suara yang indah.
Amri sangat terpesona dengan pemandangan dan suasana alam
di tempat itu. Tak terasa hari sudah mulai siang. Saatnya kembali ke kemah
telah tiba.
Amri menceritakan pemandangan yang ia lihat kepada ibu dan
kakaknya dengan penuh kekaguman. Keduanya menjadi tertarik untuk ikut
berjalan-jalan bersama Amri. Mereka merasa penasaran untuk mengetahui
asal suara gemericik air itu.
Hari berikutnya, Amri dan kakaknya menjelajahi alam sekitar
perkemahan. Dengan mengikuti suara gemericik air, mereka berdua bertemu
dengan sebuah sungai. Beberapa batang pohon tampak bergeletakan di tepian
sungai itu. Ada juga pohon-pohon yang hanya bersisa pangkalnya saja.
Siapa yang menebangi pohon-pohon ini? Apa gunanya pohon-pohon
itu dirobohkan?
Tiba-tiba, terdengar kakaknya memanggil, "Amri lihatlah,
banyak potongan pohon di sungai!"
Amri terkejut. Ia menahan nafasnya. Bagaimana semua ini terjadi?
Tak ada tanda-tanda ada orang lain di sekitar daerah itu. Setelah sekian
lama menjelajahi daerah sekitar sungai itu, mereka berdua kembali lagi
ke kemah.
Hari-hari berikutnya, Amri dan kakaknya kembali mengunjungi
sungai tersebut. Tetapi setiap mereka kembali ke kemah, pikiran mereka
semakin dipenuhi tanda tanya. Semakin banyak saja pohon-pohon yang terpotong
dan terapung di sungai. Batang-batang pohon itu tampak telah dibersihkan
dari ranting-rantingnya dan disusun secara sengaja di tengah sungai.
Bahkan kini aliran sungai semakin tenang dan mulai terbentuk
sebuah waduk kecil. Amri mulai berpikir bahwa ada sesuatu yang sedang
terjadi di daerah itu. Mungkin ada seseorang yang setiap hari datang ke
tempat itu. Tetapi, siapakah tamu misterius ini?
Amri Bertemu dengan Sang Tamu Misterius
Amri berjalan ke arah air sungai dengan pelan-pelan. Potongan
pohon-pohon semakin banyak. Tapi tetap saja tak ada orang di sekitar tempat
itu. Aneh, pikirnya.
Ketika Amri akan memanggil kakaknya, tiba-tiba sesuatu bergerak-gerak
di dalam air. Segera Amri beringsut mundur dan bersembunyi. Dilihatnya
dua ekor hewan yang lucu sedang berenang di dalam air. Mereka tampak belum
mengetahui kehadiran Amri.
Tak berapa lama kakak Amri datang. Ia berbisik dengan penuh
kekaguman, "Ah... ternyata pelaku pemotongan dan penyusun batang pohon
ini adalah berang-berang!"
Amri sangat gembira. Ia dapat melihat langsung hewan bernama
berang-berang yang selama ini hanya ia saksikan dari buku-buku.
Hari itu Amri dan kakaknya menghabiskan waktu mereka mengamati
bagaimana kedua makhluk lucu itu bekerja. Pemandangan yang sangat menarik.
Menurut kakaknya, berang-berang selalu membuat sarangnya
dengan membendung air sungai. Mereka mengumpulkan ranting-ranting pohon
dengan mulutnya dan menumpuknya di atas potongan-potongan batang pohon.
Tiba-tiba, salah satu dari kedua berang-berang itu keluar
dari air. Ia berjalan menuju satu batang pohon di tepi sungai. Dipanjatnya
pohon itu dan mulailah ia memotong daun dan rantingnya. Kemudian turun
lagi dan menggerogoti pangkal batang pohon tersebut dengan giginya. Terlihat
berang-berang itu berputar mengelilingi batang pohon sambil terus menggerogotinya.
Hasil potongannya tampak sama dari setiap sisi hingga pangkal batang pohon
itu kini menjadi lancip seperti ujung pensil.
Amri sangat kagum dengan cara berang-berang itu memotong
pohon.
Krraaak...kraaak...kraakk ... buk! Tiba-tiba batang pohon
yang digerogoti berang-berang tersebut roboh dan jatuh ke arah sungai.
Kini tentunya tidak ada masalah bagi berang-berang itu untuk memindahkan
batang pohon yang terapung di atas air.
Berang-berang yang satu lagi tampak muncul dan menepi. Ia
menuju satu pohon yang lain dan mulai menggerogotinya. Tak berapa lama,
pohon itupun roboh. Kemudian, beberapa pohon lainpun roboh juga. Semuanya
roboh ke atas air seolah-olah arah jatuhnya telah diperhitungkan oleh
berang-berang tersebut.
Amri sungguh terkejut, ia tidak pernah mengira tentang cara
berang-berang tersebut merobohkan dan mengangkut batang-batang pohon.
Ia dan kakaknya memperhatikan hal itu dengan penuh kekaguman. Mereka saling
berkomentar.
"Sungguh, belum pernah terpikir olehku teknik bekerja seperti
itu. Tetapi aku pernah membaca di sebuah buku bahwa begitulah cara berang-berang
merobohkan pohon agar jatuhnya ke atas air. Kadang sesekali gagal juga.
Jika gagal, mereka akan menyeret batang pohon tadi dengan giginya ke arah
air.
Amri, saatnya kita kembali ke kemah. Nanti, Kakak ceritakan
lebih lengkap tentang berang-berang ini? Kalau kamu tertarik kamu juga
bisa membaca beberapa buku tentang binatang yang kita bawa." Kata kakaknya.
"Wah, asyik! Hebat sekali berang-berang itu. Tapi aku belum
mengerti cara mereka membuat perhitungan dan bekerja atas perhitungan
itu. Mengapa mereka membuat sarang di atas air sungai? Apakah gigi mereka
tidak cepat tumpul, karena memotong pohon? Ah... sebenarnya masih banyak
lagi yang ingin aku ketahui..." jelas Amri.
"Boleh saja. Tetapi sekarang kita harus segera kembali ke
kemah. Hari sudah mulai petang. Aku takut Ibu sudah mencemaskan kita.
Aku juga sudah mulai lelah. Yuuk...!" ajak kakaknya.
Segera mereka bergegas meninggalkan sungai itu. Sepanjang
perjalanan, Amri masih saja penasaran. Masih banyak pertanyaan yang belum
terjawab.
Sesampai di kemah, Ibu telah mempersiapkan makanan yang amat
lezat.
Seusai makan malam, mereka bersama-sama membaca buku. Namun
kakak Amri segera tertidur lelap karena lelah. Akhirnya Amri pun membaca
sendirian.
Pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab siang tadi kini
muncul kembali. Ia merencanakan sesuatu untuk acara besok pagi. Ia akan
keluar pagi-pagi dan mendatangi berang-berang di sungai itu. Uuaaah...
Amri menguap. Tidak lama kemudian Amri pun tertidur juga.
Kejutan Besar
Pagi sekali Amri sudah bangun. Yang lain tampak masih terlelap.
Pelan-pelan, ia pergi ke sungai sendirian. Sesampai di sana dilihatnya
sang berang-berang sudah bekerja. Amri memberanikan diri untuk mendekati
berang-berang tersebut dan mengajak berbicara.
"Hai... Namaku Amri. Bolehkah aku berkenalan dengan kalian?"
Awalnya berang-berang tersebut tampak takut. Tapi setelah
melihat sikap Amri yang ramah dan bersahabat akhirnya berang-berang yang
lebih besar mendekati Amri dan mulai berbicara.
"Tentu saja boleh. Saya Pak Berang dan ini istri saya Bu
Berang. Senang sekali berkenalan denganmu."
Amri sungguh gembira. Ia kini bisa bertanya langsung kepada
mereka.
"Aku ingin tahu tentang kalian. Untuk apa kalian membawa
potongan pohon itu ke air dan menumpuknya di sana?" tanya Amri.
"Amri, biasanya pasangan berang-berang seperti kami berpindah
tempat untuk membuat sarang baru. Kami sendiri juga baru datang dan mengenali
sungai ini. Sekarang kami sedang membuat sarang. Kami perlu air yang tenang
untuk membuat sarang, untuk itulah kami harus membendung air sungai dengan
potongan-potongan batang pohon itu. Sekarang kamu lihat, sungai ini sudah
menjadi waduk kecil," terang pak Berang.
"Jadi, kalian sedang membuat waduk? Hebat sekali! Tahukah
kalian, manusia perlu bertahun-tahun untuk membuat waduk dengan membendung
air. Pak Guru geografi juga pernah menjelaskan tentang waduk dan proyek
pembangunannya di negara kami. Pastilah sulit sekali membangun bendungan
di dalam air yang mengalir deras. Tetapi pekerjaan kalian sungguh hebat.
Bagaimana kalian bisa menyumbat aliran air yang deras? Darimana kalian
menemukan caranya? Apakah kalian meniru manusia dalam membuat bendungan?
Apakah..."
Amri berusaha menyusun kata-kata untuk setiap pertanyaan
yang muncul di dalam pikirannya dengan penuh rasa heran. Pak dan Bu Berang
malah tertawa-tawa mendengarnya. Bagi mereka, semua pekerjaan itu terasa
mudah dan tidak sulit untuk dilaksanakan.
"Tenang Amri... Saya akan jawab pertanyaanmu satu per satu.
Jangan khawatir, kamu akan tahu semuanya. Sejak lahir kami sudah tahu
bagaimana membuat bendungan dan membuat sarang. Tentu hal ini tidak datang
dengan kebetulan. Kami tidak secara kebetulan mengatakan: "Ayo kita bersama-sama
membangun bendungan, membuat sarang di atas air!"
Dari sebelum lahir, kami sudah dibekali pengetahuan tentang
ini dan bagaimana mengerjakannya dengan baik. Kami tahu betul apa pekerjaan
kami dan bagaimana melaksanakannya. Kami tahu bagaimana cara merobohkan
pohon dan mengangkutnya ke air."
Ketika Amri masih mendengarkan penjelasan Pak Berang dengan
penuh perhatian, tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya. Ia pun menoleh...
"Aku juga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanmu Amri. Tetapi
sebelumnya kamu harus menjelaskan kenapa kamu meninggalkan kemah sendirian?
Kalau saja kami tidak melihat pesan yang kamu tinggalkan pastilah kami
sudah sangat cemas..." kata kakak Amri.
"Maaf, kak. Aku tidak sabar lagi, karena aku ingin tahu tentang
berang-berang ini. Aku juga tahu kalau Kakak pasti bakal membaca pesanku...
Kalau begitu, Kakak pasti tahu siapa yang mengajarkan semua pekerjaan
ini kepada berang-berang?"
"Begini Amri... Pekan lalu kita membaca Al Qur'an bersama-sama.
Kamu tentu masih ingat ayat-ayat yang kita baca. Allahlah yang menciptakan
langit dan bumi beserta isinya. Dalam hal ini, kita juga sudah membaca
tentang hewan-hewan dan apa saja hal-hal menakjubkan yang mereka lakukan.
Kita yakin bahwa mereka tidak mungkin melakukan hal-hal menakjubkan tersebut
dengan kemampuan mereka sendiri. Pasti ada yang mengajari mereka melakukan
hal-hal tersebut," jelas kakak Amri.
"Ya, Kak. Aku masih ingat," kata Amri.
Kakak Amri melanjutkan. "Jadi begitulah Amri. Semua binatang
bertingkah laku sesuai dengan petunjuk dari Allah. Sejak lahir mereka
sudah tahu bagaimana bertingkah laku. Sedangkan kita manusia perlu bertahun-tahun
untuk menyelesaikan pekerjaan yang sama. Kita harus memakai teknologi,
membaca buku dan melakukan percobaan. Sedangkan, para binatang, dengan
mudahnya menyelesaikan pekerjaan semacam itu. Bahkan binatang-binatang
dapat menyelesaikan pekerjaan yang belum diketahui para ilmuwan. Pak dan
Bu Berang menyelesaikan pekerjaan mereka atas petunjuk dari Allah.
Sekarang, jika Pak Berang bisa menjelaskan apa yang sedang
beliau kerjakan maka kamu akan memahami apa yang Kakak jelaskan.
"Betul Amri. Akan saya jelaskan bagaimana kami membuat sarang.
Kamu akan tahu bahwa kami tidak mampu mengerjakan ini semua dengan menggunakan
akal kami yang sederhana ini," jelas pak Berang.
Amri mendengarkan penjelasan dari Kakaknya dan Pak Berang
dengan tekun. Ia menyadari pentingnya penjelasan tersebut. Ia pun dengan
cermat berusaha menyusun pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kepalanya.
"Pertanyaan yang bagus. Dalam setahun, saya dan istri bisa merobohkan hampir 400 pohon. Semuanya kami lakukan dengan menggerogotinya memakai gigi-gigi kami. Kami memakai empat gigi depan untuk memotong pohon. Meski agak berbeda dengan gigi kalian, lama-lama gigi kami juga tumpul. Tetapi itu tidak menjadi masalah karena gigi depan kami akan memanjang kembali. Dan itu terjadi selama masa hidup kami." jelas pak Berang.
"Jadi apakah seperti kuku-kuku kami, gigi-gigi kalian juga selalu memanjang?" tanya Amri.
"Saya yang akan menjawab pertanyaanmu itu Amri, " jawab bu
Berang. "Benar! Allah telah membedakan gigi kami dengan makhluk lain.
Kalau tidak memanjang, tentu gigi kami sudah habis dan kami sulit mencari
makanan apalagi membuat sarang. Tentulah, kami akan mati kelaparan dan
tidak bisa menghasilkan keturunan. Akhirnya kami bisa punah dan tidak
akan berada di depan kalian seperti sekarang. Mungkin kamu pun tak akan
menemukan satu berang-berang pun di dunia. "
"Bagaimana kalian belajar berenang? Kulihat kalian
pandai sekali berenang, sementara aku baru saja mulai bisa berenang. "tanya
Amri.
Bu Berangpun menjawab, " Amri yang baik, tidak lama setelah
lahir, semua berang-berang sudah bisa mulai berenang. Itu hal yang sangat
mudah bagi kami. Bentuk badan kami cocok sekali untuk berenang. Kaki kami
lebar sehingga mudah untuk mendorong air. Ekor kami juga seperti dayung
yang memudahkan kami bergerak di dalam air. Kalau kamu memakai kacamata
renang untuk melindungi mata agar tidak kemasukan air dan tetap dapat
melihat di dalam air, kami pun mempunyai kacamata alami semacam itu. Mata
kami mempunyai kelopak mata khusus yang tembus cahaya dan melindungi mata
kami dari air. Lubang telinga dan hidung kami juga mempunyai penutup yang
menjaga keduanya agar tidak kemasukan air."
"Tahukah kalian bahwa aku juga bisa berenang lebih cepat
jika memakai sepatu katak. Tetapi sepatu itu harus dibelikan oleh Ayahku
sementara kalian sudah mempunyai alat semacam itu sejak lahir. Allah benar-benar
telah menciptakan kalian dengan sifat-sifat dan bentuk tubuh yang kalian
perlukan, "kata Amri.
"Benar sekali Amri! Pak Berang, jelaskanlah kepada kami tentang
pembuatan bendungan?" tanya kakak Amri.
Pak Berang menjawab, "Untuk membuat bendungan, yang pertama
kita lakukan adalah memasukkan batang-batang pohon yang besar ke dalam
sungai. Setelah itu barulah batang-batang yang lebih kecil kami susun
di atas batang yang besar tadi. Tetapi kita harus menyusunnya dengan kuat
sebab kalau tidak aliran air yang deras akan mencabut dan menghanyutkannya.
Untuk itu, kami harus membuat galian yang cukup dalam dan membuat pondasi
yang kuat dengan batu-batu sehingga dasar bendungan ini menjadi kokoh.
Bahkan, kami perlu bahan-bahan lain agar dasarnya tidak mudah hancur.
Batang-batang pohon yang kami kumpulkan kami lekatkan satu sama lain dengan
adonan khusus dari tanah liat dan dedaunan. Bahan tersebut tidak akan
terterobos air dan mampu menahan aliran air yang cukup kuat."
"Ow, begitu ... Kalau tidak demikian, tentu usaha kalian
akan sia-sia, " kata Amri.
Ibu Berang menjawab, " Benar Amri. Bendungan yang kami buat
ini sangat kuat dan semakin hari semakin besar. Ketika bendungan makin
besar, jumlah air yang terbendung juga semakin banyak. Setelah tiga bulan,
seperti yang kamu lihat, sungai ini sudah menjadi waduk kecil. Namun ketika
waduk semakin besar, kami harus memperkuat bendungan dan menutup kebocoran
yang terjadi. Kami menggunakan ekor kami untuk menutup sela-sela batang
pohon dengan adonan tanah liat dan dedaunan.
O ya, ada satu hal penting yang akan saya tunjukkan kepadamu.
Coba perhatikan dengan baik bentuk bendungan yang kami kerjakan. Melengkung
bukan? Bentuk seperti itu disebut cembung. Semua berang-berang membangun
bendungan dengan bentuk cembung. Kami juga membuat kemiringan bendungan
kira-kira 45 derajat."
Penjelasan Pak dan Bu Berang semakin menambah kekaguman Amri.
Dengan kagum ia mengomentari penjelasan tersebut.
"Darimana kalian memperoleh pengetahuan seperti itu? Guru
kami pernah mengajak kami ke waduk. Beliau menjelaskan bahwa bendungan-bendungan
yang dibuat manusia sekarang ini berbentuk cembung seperti yang kalian
buat. Bentuk bendungan yang cembung adalah bentuk yang paling kuat untuk
menahan tekanan air. Kemiringan 45 derajat juga akan memperkecil tekanan
pada dinding bendungan.
Bagaimana kalian tahu semua itu? Siapa yang mengajari kalian?
Saya tahu bahwa bendungan dirancang oleh para insinyur. Kakak saya juga
seorang insinyur, tetapi ia harus belajar bertahun-tahun dan pergi ke
luar negeri untuk menjadi insinyur. Kalian tidak pernah sekolah, bagaimana
kalian tahu segala sesuatu semacam itu? Apakah kalian mencoba-coba secara
terus menerus? Atau adakah yang mengajari kalian?"
Kakak Amri menjawab," Amri, tentu saja keluarga berang-berang
tidak melakukan itu semua dengan kebetulan. Sebelumnya kamu pernah bertanya
tentang seseorang yang bernama Darwin, kan? Dari buku-buku yang kamu baca,
ada yang mengatakan bahwa binatang muncul dan memperoleh segala sifat-sifatnya
dengan kebetulan. Ternyata pernyataan tersebut tidak didukung oleh bukti
yang nyata. Penemuan dan pernyataan Darwin tersebut adalah kebohongan
belaka."
"Iya, aku mengerti yang Kakak maksudkan. Tentu tidak mungkin
Pak dan Bu Berang mengetahui semua hal ini dengan kebetulan, " kata Amri.
Pak Berang menambahkan, "Amri, seperti yang saya katakan
tadi, kami telah mengetahui semua ini sejak lahir. Tentu saja kami tidak
pergi ke sekolah dan melakukan percobaan-percobaan untuk dapat membangun
bendungan. Kalau ada yang mengatakan bahwa keahlian kami ini kami peroleh
secara kebetulan kamu bisa menanyakan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, kalau perbuatan kami berdua adalah kebetulan, tentu
berang-berang yang lain juga akan secara kebetulan membuat sarang dengan
berbagai bentuk yang lain. Nyatanya semua berang-berang membangun sarang
dengan bentuk dan cara yang sama. Apakah itu suatu kebetulan?
Kedua, ketika gigi-gigi depan kami mulai aus dan memendek,
gigi tersebut akan memanjang kembali. Semua berang-berang juga mengalami
hal yang sama. Jelas hal ini bukan suatu kebetulan.
Jadi, betulkah perkataan Darwin tadi. Kamu akan semakin mengerti
bagaimana bendungan dibuat dengan bentuk cembung dan perhitungan apa saja
yang diperlukan. Tanyalah kepada kakakmu."
"Betul sekali Pak Berang.Allahlah yang mengajarkan semua
itu. Ibu pernah berkata bahwa Allah lah yang Maha Mengetahui dan pengetahuan-Nya
meliputi segala sesuatu. Allah telah mengajari kalian dan juga semua berang-berang
lain di dunia ini. Inilah bukti bahwa tidak ada yang bisa menyamai pengetahuan
Allah. Selain itu, aku mengerti bahwa Allah yang mengajari hewan lain
sesuai dengan keistimewaan dan cara hidup masing-masing," sahut Amri.
"Betul Amri. Allah yang memberi kekuatan dan mencipta semua
makhluk hidup. Ada satu ayat dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan hal
ini:
"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan
dari air, maka sebagian dari jenis hewan itu ada yang berjalan di atas
perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedangkan sebagian (yang
lain) berjalan dengan empat kaki. Allah meciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
sehingga Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." [Surat An-Nuur: 45]
Amri kemudian bertanya, "Pak Berang, kalian kan membangun
bendungan untuk membuat sarang. Aku tidak melihat ada sarang di sekitar
sini. Aku hanya melihat potongan-potongan pohon. Di mana kalian membuat
sarang kalian?"
Pak Berang menjawab, "Kamu benar. Kamu akan sulit melihat
sarang kami dari luar. Kami sengaja menyembunyikannya agar lebih aman.
Ketika kami membangun bendungan kami membuat sarang kami di bagian pinggir
waduk dekat dengan tepi sungai. Kalau di lihat dari atas memang seperti
tumpukan kayu saja. Tetapi jangan tertipu karena kami membangun bagian
dalamnya dengan baik. Keamanan menjadi perhatian khusus kami. Karena itu,
pintu masuk ke sarang hanya dapat ditempuh dari dalam air. Jadi, tidak
sembarangan yang bisa masuk. Untuk masuk ke dalam sarang harus melewati
lorong yang tidak diketahui siapa pun kecuali kami."
"Wah, pintar sekali. Sarangmu seolah-olah benteng
yang dikelilingi parit sehingga sulit diterobos."
Pak Berang melanjutkan," Setelah melewati lorong itu, akan
ada sebuah ruangan yang kami bangun di atas permukaan air. Kami sekeluarga
tinggal di ruangan itu. Kadang kala kami membuat sarang kami dengan dua
lantai. Ada ruang depan dan ruang tamu di lantai pertama sementara ruang
makan dan ruang tidur di lantai kedua. Ada dua pintu masuk yang berada
di dalam air di samping lubang angin di bagian atas. Dengan bentuk seperti
itu kami merasa nyaman di dalamnya serta terlindung dari bahaya dari luar."
"Ck,ck,ck... sungguh luar biasa! Sungguh tidak terduga, dari
luar benar-benar seperti tumpukan kayu. Penyamaran yang cerdas. Saya masih
punya satu pertanyaan lagi. Berapa tinggi bendungan ini?" tanya Amri.
Kakaknya Amri menambahkan, "Pak dan Bu Berang tahu betul
apa yang mereka kerjakan. Kita tidak pernah berpikir untuk membangun sarang
di atas waduk seperti itu. Sementara itu, teman-teman kita ini telah menemukan
cara mereka untuk mengatasi setiap kemungkinan yang terjadi di kemudian
hari. Tentunya Allah-lah yang telah mengatur ini semua dengan memberi
mereka keahlian dan pengetahuan."
Amri tiba-tiba ingat tentang kakaknya. Kakak Amri adalah
seorang insinyur. Ia harus belajar bertahun-tahun di perguruan tinggi
untuk menjadi insinyur.
Suatu hari Amri masuk ke kamar kakaknya dan melihat pekerjaan
rumahnya. Pada waktu itu Amri mengira bahwa tugas kakaknya hanya menggambar
gedung, jembatan, dan semacamanya. Tapi ternyata apa yang dilakukan kakaknya
sungguh mengejutkan dan tidak dapat ia mengerti. Sepertinya kakaknya harus
mengeluarkan usaha keras untuk itu. Dilihatnya begitu banyak garis dan
angka yang terdapat dalam kertas-kertas dan buku-buku kakaknya. Amri tidak
paham untuk apa semua itu dan apa gunanya. Keheranannya semakin bertambah
ketika kakaknya mengatakan bahwa pada akhirnya garis-garis dan angka-angka
tadi akan menjadi sebuah gedung.
Ternyata pekerjaan seorang ahli bangunan sangat rumit. Apalagi
kata kakaknya bahwa apa yang ia lakukan hanyalah sebagian saja dari proyek
pembuatan bangunan. Pada bagian lain akan ada para pekerja bangunan yang
memilih dan menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk proyek tersebut.
"Hebat sekali! Sarang yang kalian bangun seolah-olah
sebuah proyek yang dirancang oleh kakakku. Kalian telah memperhitungkan
dengan baik setiap pembangunan sarang. Aku ingat bagaimana kakakku bekerja
hingga larut malam untuk menyelesaikan perhitungan-perhitungan sulit semacam
itu, " jelas Amri.
Kakak Amri menjawab, "Kamu benar Amri. Teman-teman kita,
berang-berang ini, tidak hanya menyelesaikan pekerjaan rumit para insinyur
seperti yang kakak lakukan tetapi juga pekerjaan para pekerja bangunan.
Ini semua adalah bukti akan besarnya nikmat yang Allah berikan kepada
mereka berupa keahlian membuat bendungan.
Eh... Amri kita harus kembali ke kemah. Terima kasih atas
segalanya. Amri telah mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya. Sekarang
kita harus berpisah."
"Aku ingin berterima kasih juga. Senang sekali berbincang-bincang
dengan kalian. Sebenarnya aku masih belum ingin berpisah dengan kalian.
Kalau tidak keberatan aku akan mengunjungi kalian selama kami masih berkemah
di sekitar sini."kata Amri.
"Tentu saja kamu boleh kemari setiap saat. Kamu nanti juga
bisa melihat hasil pekerjaan kami. Sampai jumpa Amri, "sahut pak Berang.
"Sampai ketemu lagi...," kata bu Berang.
Amri benar-benar kagum dengan pekerjaan berang-berang. Semua
pertanyaannya kini sudah terjawab. Ia ingin segera kembali ke kemah dan
menceritakan apa yang baru saja ia alami dan pelajari.
Seperti Amri, kalian akhirnya juga mengetahui lebih banyak
tentang berang-berang. Seperti yang telah kalian baca, teman-teman baru
Amri dapat mengerjakan pekerjaan yang rumit karena keahlian yang telah
mereka peroleh sejak lahir. Berang-berang tidak pergi ke sekolah seperti
kakak Amri. Tetapi mereka tahu bagaimana harus mengerjakan pekerjaan tersebut.
Itu semua karena Zat Yang Maha Kuat dan Mengetahui telah mengajari dan
memberi petunjuk kepada mereka. Dialah Allah yang menciptakan kita semua.
Ingatlah! Makhluk seperti berang-berang tak akan bisa melakukan
semua hal tadi dengan kebetulan. Tidak mungkin pula mereka muncul secara
kebetulan lengkap dengan bentuk tubuh yang cocok dengan kebutuhan dan
cara hidup mereka. Bukan pula suatu kebetulan jika mereka dapat membangun
bendungan dalam air yang mengalir deras dan mampu menahan tekanannya.
Harus pula diketahui bahwa keahlian seperti itu juga dimiliki oleh semua
berang-berang.
Satu lagi! Jika berang-berang tadi kehilangan salah satu
saja dari sifat-sifat dan keahlian mereka maka mereka akan sulit bertahan
hidup. Gigi mereka contohnya. Seandainya gigi depan mereka tidak aus dan
sebaliknya gigi belakang mereka tumbuh terus maka akhirnya berang-berang
tersebut tak akan bisa menggunakan mulutnya karena gigi-gigi yang semakin
panjang. Lalu bagaimana mereka akan memotong batang pohon dan membangun
bendungan? Bagaimana mereka akan membuat sarang? Tentu itu semua tak akan
terwujud dengan mulut yang penuh gigi seperti itu. Mereka tak akan bisa
makan dan akhirnya, mati.
Selain gigi yang istimewa, bagian lain tubuh mereka juga
sudah diciptakan cocok dengan cara hidup mereka. Ada selaput tipis yang
bisa melindungi mata mereka ketika mereka menyelam. Mereka dilengkapi
pula dengan penutup hidung dan telinga sehingga tidak akan kemasukan air.
Semua keistimewaan tadi hanya dimiliki oleh berang-berang. Di samping
itu, kaki belakang mereka lebar, ekor kuat dan lebar yang memudahkan mereka
bergerak di dalam air seperti ikan-ikan. Semua keistimewaan itu telah
dimiliki oleh berang-berang sejak mereka lahir.
Jadi, jelaslah mengapa Amri sangat kagum dengan keistimewaan
yang dimiliki teman-teman kecilnya itu?
Berang-berang, sejak lahir telah dibekali dengan bentuk badan
yang istimewa dan juga pengetahuan serta keahlian dalam membuat bendungan.
Dengan ilmu yang Allah berikan tersebut mereka mampu membuat sarangnya.
Allah-lah yang yang mempunyai kekuasaan menciptakan berang-berang dengan
keistimewaannya tersebut.
Allah menciptakan semua makhluk hidup lengkap dengan sifat-sifat
yang sesuai dengan kebutuhan dan cara hidup masing-masing.
Allah Maha Pengasih dan Penyayang kepada makhluknya. Dalam
Al Qur'an Allah berfirman:
"Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak
ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu." [Surat
Thaahaa: 98]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar